Solo, Zuhria H Bahnan, atlet difabel dari cabang para , sukses mempersembahkan pertama bagi kontingen Sulawesi Tengah dalam Pekan Paralimpiade Nasional () XVII-2024 yang digelar di Solo, Jawa Tengah.

Atlet yang berasal dari Tolitoli ini berhasil meraih kemenangan dalam dua pertandingan melawan kontingen Jawa Tengah dan Kalimantan Timur, pada Selasa malam (8/10/2024) di GOR Bung Karno, Sukoharjo, Jawa Tengah.

Keberhasilan ini membawa medali emas pertama bagi Sulawesi Tengah dari empat cabang olahraga yang diikuti. Upacara penghormatan pemenang dijadwalkan berlangsung pada Rabu (9/10/2024).

Kontingen Sulawesi Tengah, Edison Ardiles, mengungkapkan kebanggaannya terhadap pencapaian tim yang hanya diperkuat sembilan atlet, tetapi berhasil meraih medali emas.

“Masih ada peluang untuk mendapatkan medali dari cabang olahraga lainnya,” ujar Edison.

Namun, perjuangan kontingen Sulawesi Tengah tidaklah mudah. Dari 14 atlet yang seharusnya berangkat, hanya 9 atlet yang dikirim karena keterbatasan anggaran, sehingga mengurangi potensi perolehan medali.

Zuhria sendiri merasa sangat bersyukur atas pencapaian ini. Medali emas di Solo menambah daftar prestasinya, setelah sebelumnya juga meraih emas di Peparnas Papua.

Namun, kali ini tantangannya lebih berat. Ia harus meninggalkan tiga anaknya, termasuk bayi berusia 4 bulan yang masih menyusu.

“Saya harus memompa ASI dalam jumlah banyak agar cukup saat saya bertanding di Peparnas,” ujar Zuhria setelah pertandingan.

Perjuangannya semakin berat karena ia berangkat ke Solo tanpa uang saku yang ditinggalkan untuk keluarganya.

Selain itu, berbeda dengan yang mendapatkan fasilitas pelatihan intensif dan honor selama 72 hari, atlet Peparnas seperti Zuhria harus berlatih secara mandiri dengan biaya sendiri.

“Makan selama sebulan juga dari biaya sendiri, semuanya mandiri,” ungkap Zuhria, berharap adanya kesetaraan antara atlet normal dan difabel.

Ia juga berharap bonus yang akan diberikan kepada atlet Peparnas bisa setara dengan atlet .

Di Peparnas Papua, Zuhria menerima bonus sebesar Rp 100 juta untuk medali emas, sementara atlet PON Papua mendapatkan Rp 250 juta serta satu unit rumah.

“Semoga tahun ini bonus Peparnas bisa setara,” harap Zuhria.